Saturday, May 25, 2013

Only One

Seorang wanita berjalan anggun memakai gaun putih panjang asimetris tanpa lengan  berbahan satin. Tangannya memegang sebuket bunga dan ia berjalan selangkah demi selangkah menuju altar dimana seorang pendeta dan dua orang pria  telah menunggunya. Salah satunya adalah mempelai pria.

Broken this fragile thing now,
And I can't, I can't pick up the pieces

Sebuah undangan bertinta emas mengukir inisial nama kedua pengantin, mengumumkan kabar bahagia bersatunya kedua insan yang telah tertulis di kitab Tuhan. Disebelahnya terdapat bingkai foto menggambarkan potret sepasang kekasih yang sangat bahagia. Mereka tersenyum di foto itu. 

Here I go, scream my lungs out and try to get to you,
You are my only one,
I let go, there's just no one that gets me like you do,
You are my only, my only one

Ia menyandarkan tubuhnya di bahuku. Sengaja kurangkulkan tangan kananku ke bahunya agar jarak kami semakin dekat. Aku tidak akan melepasnya, aku sangat menyayanginya. Aku mengambil kameraku dan memotret kami berdua. Ia bahagia sekali melihat selembar foto keluar dari kameraku.

"Kita harus membingkainya! Kita berdua serasi sekali."

Made my mistakes, let you down,
And I can't, I can't hold on for too long,

Malam itu hujan deras. Kami bertengkar hebat di dalam mobil. Ia mulai meneriakiku dan mulai mengancam akan lompat dari mobil jika aku tidak berhenti. Ia sungguh salah paham, sepele sekali ia marah hanya karena aku membatalkan makan malam hari ini. Tetapi aku tidak salah, aku sendiri melihat pesan masuknya bermesraan dengan seorang pria. Ini bukan yang pertama kalinya, aku sudah tidak tahan dengan moodnya yang naik turun.

And something's breaking up,
I feel like giving up,
I won't walk out until you know

Pintu kamarku diketuk. Kudengar suara orang yang sangat aku kenal. Dengan gontai aku membuka pintu dan kutemukan kakak laki-lakiku memelukku dengan semangat. Ia menunjukkan jari tangan kanannya, melingkar sebuah cincin emas berwarna putih. Aku membalas pelukannya dengan ucapan selamat. Aku bahagia sekali.

"Jadi, siapa wanita beruntung ini?"

Kakakku menarikku keluar menuruni tangga. Ia mengajakku ke ruang tamu, kulihat dari jauh ibuku sedang berbicara dengan seorang wanita yang memunggungiku. Aku yakin ia calon kakak iparku. Ia membalikkan badannya dan tersenyum ke arahku. Sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi pucat.

Here I go, so dishonestly.
Leave a note, for you my only one,
And I know, you can see right through me
So let me go,
And you will find someone

Ia adalah wanita yang dibingkai foto bersamaku.


Aku berdiri di altar, melihatmu berjalan perlahan di atas karpet merah menuju ke arahku. Hari yang selalu aku impikan, bersumpah setia di rumah Tuhan dimana cinta kita akan bersatu selamanya. Namun aku tahu, pria disampingku ini memimpikan hal yang sama denganku. Ia akan melindungimu dan mendampingimu. Tempatmu berbagi dan berkeluh kesah, seseorang yang akan dipanggil ayah oleh anak-anakmu. Ia akan mencintaimu seperti aku mencintaimu, atau bahkan lebih. 
Selamat berbahagia sayangku, kakak iparku.

Here I go, scream my lungs out and try to get to you,
You are my only one,
I let go, there's just no one, no one like you
You are my only, my only one
My only one,
My only one,
My only one,
You are my only, my only one

Yellowcard. Only one.


No comments:

Post a Comment