Saturday, May 25, 2013

Lelaki Dalam Angan

Sebuah mall. Besar. Elite. Penuh lampu gemerlap.
Sedikitnya sepuluh pasangan yang melewatiku melirik ke arahku. Apa ada yang salah denganku? Aku menoleh ke gerai brand mewah di sebelah kananku yang sedikit memantulkan bayanganku saat ini diantara manekin-manekin yang memeragakan baju mewah seharga Rp 699.000 dengan tulisan Sale besar di kaca etalase. Kudapati seorang wanita muda dengan t-shirt kebesaran, celana jeans dan sepatu keds kesayangannya yang nampak kumal. Itu aku. Sedikit menyedihkan sepertinya berjalan sendirian diantara kalangan atas yang sangat berbeda jauh dengan gadis biasa sepertiku. Seorang lelaki berkemeja biru tua dengan lengan digulung sampai ke siku keluar dari arah kamar kecil dan menghampiriku yang masih terhipnotis dengan pakaian-pakaian yang terpajang di etalase.

"Kenapa? Kamu mau satu?" tanyanya membuyarkan lamunanku yang sedang membayangkan memakai pakaian itu. Aku menoleh ke arahnya, melihatnya tersenyum dan bersiap mengajakku masuk ke toko itu. Aku hanya menggeleng. Ia kemudian merangkul dan mengajakku berjalan keluar sambil membisikkan sesuatu. "I love you."
***

Malam. Warung tenda pinggir jalan. Seafood kesukaanku.
"Kamu senang malam ini?" tanyanya setelah mengelap sisa-sisa saus dimulutnya dengan tisu.

"Tentu saja, aku selalu senang bersamamu." jawabku bersemangat.

Ia tersenyum dan kemudian menggeser bangku plastiknya semakin dekat ke arahku. Ia lelakiku selama tiga tahun. Aku sangat menyayanginya. Ia membiarkanku bersandar sebentar di bahunya yang tegap. "Jangan pergi."

***

Tengah malam. Mobil. Perjalanan pulang.
"Kamu besok datang lagi kan?" tanyaku memandangnya penuh harap.

"Aku kurang yakin akan besok, bahkan hari seterusnya...."

"Kenapa? Besok hari ulang tahunku. Kamu ingin memutuskanku sekarang?"

"Karena itu, besok kamu sudah 20 tahun. Sudah tidak sepantasnya lagi aku menemanimu. Kamu tidak bisa terus-terusan begini..."

Aku terdiam. Aku tahu hal ini akan terjadi, namun aku tidak akan menyangka sejelas ini. Ia meminggirkan mobilnya dan mulai berbicara kepadaku.

"Aku tahu kamu tidak menyadari bahwa aku tidak pernah datang akhir-akhir ini. Itu karena kamu sendiri. Perlahan akupun akan hilang diingatanmu. Kamu harus menghadapi yang sebenarnya sayang, kamu tidak bisa terus-terusan bersembunyi di balik aku...."

Ia terdiam sesaat. Aku menunggu ia melanjutkan pembicaraannya. Ia sedikit tercekat.

"Aku bahkan tidak nyata...." lanjutnya lagi dengan suara lirih.

"Tidak bisakah kamu muncul di dunia nyata? Dan kembali bersamaku? Aku sungguh tidak ingin kehilanganmu..."

"Aku ada, aku akan selalu ada untukmu. Hanya saja mungkin kamu tidak megenali aku. Di duniamu aku mungkin berbeda, tidak tampan atau kaya, dan itu yang membuatmu mengabaikanku. Aku saat ini hanya angan-angan lelaki sempurnamu yang tidak akan menjadi nyata. Sebentar lagi kamu akan bangun dan melupakan hampir semua kejadian malam ini. Aku mungkin tidak akan muncul lagi dalam mimpimu. Selamat tinggal, selamat menempuh kehidupan nyata, sayang."
***

Pukul 05.00. Aku terbangun dan merasakan kepalaku sedikit pusing. Sebuah kebiasaan untukku mengingat apa yang aku mimpikan semalam. Aku berusaha keras mengingat, aku yakin terjadi sesuatu. Sial, aku tidak dapat mengingatnya! Aku yakin aku bermimpi makan seafood semalam. Sedikit kesal tidak dapat mengingat apa-apa, aku mengecek telepon genggamku. Sebuah pesan singkat menunggu dibaca.

Selamat ulang tahun wanita tiga tahunku.

Aku mengernyit. Ini siapa?


Alarmku berbunyi nyaring dan menggema di seluruh penjuru kamar. Aku segera terbangun. Bukankah tadi aku sudah bangun? Aku mengingat-ngingat mimpi singkatku dan langsung mengecek telepon genggamku. Sekitar dua puluh pesan singkat memenuhi kotak masukku yang berisi ucapan selamat ulang tahun, tetapi tidak ada satupun pesan aneh yang tadi.

Ah, pasti yang tadi aku mimpi.

No comments:

Post a Comment