August 5th
Aku mengetuk pintu-Nya, aku ingin berecerita. Aku datang menggunakan
piyama, sehabis mandi rambutku masih acak-acakkan tidak kusisir. Aku yakin
Tuhan akan menyambutku dengan ramah, walaupun mungkin aku tidaklah suci dan
penuh dosa, aku yakin Tuhan akan tersenyum mendengarkan. Aku kira disana akan
baik jika ada segelas susu karena aku suka sekali susu. Susu itu tidak
akan pernah habis selama aku bercerita dengan-Nya, dan aku juga ingin ada kue
coklat. Aku yakin Tuhan mengizinkan, dan Ia akan
mendengarkanku sambil mengerjakan pekerjaan-Nya.
Pertama aku bersyukur kepada-Mu Tuhan, aku bersyukur atas semua hal yang Engkau beri hari ini. Dan kemudian aku mulai bercerita tentang hari ini. Aku mulai bercerita dari pertama aku bangun tidur, ke kampus,
mengerjakan tugas, lalu kembali ke rumah, rutinitas seperti biasa. Aku yakin Engkau sudah mengetahui, tetapi lebih baik jika Engkau mendengar langsung dariku. Sudah ketiga
kalinya aku meneguk susu, namun aku masih semangat bercerita. Aku menahan diri
untuk tidak memakan kue cokelat yang kelima kalinya, dan perlahan aku tersipu
menyebut nama dia. Aku bercerita bahwa aku senang sekali mulai dekat dengan
dia, aku senang dia selalu mengirimkanku pesan singkat. Aku merasa bahagia
sekali. “Tuhan jaga dia, aku ingin tetap bersamanya.” Tuhan hanya tersenyum.
August 10th
Aku berlari, bahkan aku melupakan tata kramaku, aku terlalu bahagia, aku
sudah tidak sabar bercerita dengan-Mu lagi Tuhan. Aku langsung meneguk banyak
susu yang tersedia, aku terlalu bersemangat. Tuhan, ia menyatakan perasaannya
kepadaku, dia juga menyukaiku, aku bahagia sekali Tuhan. Tuhan terima kasih,
Engkau yang terbaik!
September 1st
Tuhan, terima kasih, ia memberiku bunga hari ini. Aku bahagia. Dan aku
telah menyelesaikan ceritaku itu tanpa menyentuh segelas susu maupun kue
cokelat.
November 20th
Air mataku memenuhi mataku, aku menemui-Mu dengan keadaan yang begitu
payah. Tuhan, mengapa? Mengapa ia mengkhianati cintaku? Mengapa? Aku salah apa
Tuhan? Aku memberikan ia semuanya, aku begitu tulus mencintainya, tetapi
mengapa ia membuatku sedih seperti ini? Apa ia tidak tahu apa yang telah aku
lakukan untuknya? Mengapa Tuhan?
November 25th
Terima kasih Tuhan, kami telah baikan. Tadi aku baru saja bertemu
dengannya, ia memelukku. Aku bahagia.
Januari 5th
Aku menangis, aku berlutut. Susu dan kue cokelat menatap kepadaku. Aku
sama sekali tidak tertarik. Tuhan, hubungan kami berakhir. Mengapa sesingkat
ini Tuhan? Mengapa? Aku salah apa? Mengapa Engkau biarkan kami bersama jika
harus seperti ini akhirnya. Aku sakit. Tuhan hanya tersenyum
Maret 3th
Tuhan! Dia sudah
bersama orang lain sekarang! Mengapa?
April 8th
Aku mengetuk pintu Tuhan, aku mengenakan pakaian yang sangat cantik. Dan
aku yakin Tuhan masih mau menerimaku. Susu dan kue cokelat, betapa aku
bahagianya. Aku duduk dan mulai menyusun kata kata. Terima kasih Tuhan. Engkau
menyadarkanku. Engkau memang yang Maha Segalanya. Engkau telah menyusun semua
ini dengan baik. Enam bulan lebih aku melewati ini, Engkau berikan kesenangan,
kesedihan bahkan sakit hati yang amat mendalam. Kau membuatku mempertanyakan
kekuasaan-Mu Tuhan, maaf aku salah, Aku memang sangat tidak sabaran. Namun
sekarang aku sadar akan semua hal Tuhan, Engkau sutradara yang sangat hebat! Engkau
membuatku belajar. Aku belajar mengikhlaskannya, aku belajar tidak memaksakan
kehendakku, dan Engkau mengajarkanku untuk emlihat hal lain yang baik
disekitarku, keluarga dan teman. Mereka penting, mereka yang mendukungku selama
ini. Aku mohon jaga mereka Tuhan, jaga mereka yang selalu membuatku tertawa.
Jaga mereka dengan baik. Sayangi mereka Tuhan. Terima kasih! Dan maafkan aku
perlu waktu lama untuk menyadarinya, Engkau yang terbaik! Terima kasih!
Oh iya, terimakasih
Tuhan atas susu dan kue cokelatnya, aku akan kembali lagi.