Kia menatap lemarinya kesal. Bukan, kali ini bukan karena ia tidak bisa menemukan baju yang akan dipakainya hari ini. Melainkan matanya terpaku kepada sebuah jaket berwarna biru tua yang tergantung di lemarinya. Dan yang paling menyebalkan Kia masih dapat mencium wangi parfum yang menempel di jaket itu walaupun ia sudah mencucinya. Wangi yang selalu mengingatkan ia pada seseorang walaupun sudah setahun lebih lamanya.
"Dek, itu jaket temennya ga dibalikin?" tanya mama seakan dapat membaca pikirannya.
"Biarin aja, Ma, orangnya juga gamau ngambil kok."
Kia kembali menutup lemarinya dan mengunci rapat seakan ia tidak ingin mengingat apapun tentang orang itu lagi.
"Der, masih sering ketemu Farhan ga?" tanya Kia saat Derry berada di rumahnya.
"Kenapa, Ki? Kangen? Yaelah masih aja ngarepin dia. Katanya udah move on!"
"Bukan, gue mau balikin barang dia."
"Jaket? Masih aja tuh jaket sama lo, gue kira udah dibalikin."
"Dianya kaya gamau gitu sih berhubungan sama gue lagi. Guenya jadi males juga sama dia. Lo yang balikin dong, Der."
Kia kemudian mengambil jaket biru tua di lemarinya, melipatnya, dan dimasukkan ke dalam kantung plastik.
"Oke, nanti gue balikin kalo ketemu ya," ujar Derry saat ia menerima bungkusan plastik dari Kia.
Kia merasa lega telah memberikan jaket biru itu yang sudah bersarang di lemarinya selama setahun. Kia mulai melupakan pemilik jaket dan berusaha fokus ke setiap pembicaraan Derry yang sedang meminta saran menghadapi pacarnya. Tetapi tetap saja ada sedikit perasaan yang mengganjal ketika melihat bungkusan plastik yang dipegang oleh Derry dan kadang dipukul-pukul untuk meluapkan kekesalannya, sampai akhirnya Derry berpamitan dan Kia menahannya.
"Eh, gausah deh Der. Jaketnya sini lagi." Kia langsung mengambil bungkusan plastik dari tangan Derry. "Biar aja dia yang ke rumah gue, biar ada alasan untuk ketemu."