Thursday, August 15, 2013

Kata Yang Tidak Bisa Diucapkan

Sewaktu kecil kamu melihatnya sebagai seorang kakak. Ia melindungimu dari tangan-tangan jahil laki-laki yang senang sekali menarik-narik rambut kepanganmu. Ia selalu menyediakan punggungnya untuk menggendongmu ketika terjatuh. Ia akan membelikanmu banyak permen dan berusaha membuatmu tertawa agar kamu berhenti menangis.

Kemudian kamu sedikit beranjak dewasa. Kamu mulai melihatnya sebagai teman yang selalu mendengarkan ceritamu. Ia akan memberikan sejuta saran terbaiknya untukmu. Ia tidak pernah kehabisan pulsa untuk membalas pesanmu. Ia selalu mendorongmu maju ketika kamu memutuskan untuk mundur. Ia selalu mendukungmu.

Dan akhirnya ketika semuanya hampir terlambat, kamu mulai melihatnya sebagai seorang laki-laki. Kamu menyadari bahwa ia yang menjagamu dari dulu. Kamu menyadari bahwa bahunya selalu siap untuk kamu sandarkan setiap kamu ada masalah. Kamu menyadari bahwa senyumannya adalah obat yang menenangkanmu dan pesannya adalah obat yang menyemangatimu menjalani hari.

Tenggorokanmu tercekat tidak bisa berkata apa-apa ketika ia bilang akan menikah dalam beberapa waktu mendatang. Kamu hanya bisa tersenyum getir dan mengabaikan rasa sesak yang menyelimuti dada. Padahal kamu tahu bahwa ia akan membatalkan pernikahannya untukmu. Kamu tahu ia memiliki perasaan yang sama untukmu. Namun kamu tahu bahwa hal ini harus berakhir. Kamu tidak bisa terus-terusan menggantungkan hidupmu kepadanya. Kamu harus melepasnya dan membiarkannya memiliki kebahagiaan sendiri.

Hari itu pun tiba. Kamu datang sebelum sumpah setia diucapkan. Kamu menghampirinya dan melihat ia telah berubah menjadi lelaki dewasa yang gagah dan tampan. Kamu membantunya merapihkan pakaiannya. Ia menatapmu dengan tatapannya yang menghangatkan. Kamu tersenyum membalas tatapannya. Kamu tahu masih belum terlambat untuk mengungkapkan perasanmu padanya. Kamu akhirnya mengucapkan kata demi kata yang tidak bisa kamu ucapkan sebelumnya. Ia terdiam sebentar. kemudian ia tersenyum sangat manis untukmu. Ia tahu bahwa kamu tidak memerlukannya lagi. Ia tahu kamu telah dewasa sekarang, karena kamu telah berkata kepadanya,

"Aku turut berbahagia."