Tuesday, May 28, 2013

enam puluh persen

: 40% Wanita mengatakan bahwa pendidikan pria jauh lebih penting daripada penampilannya.

Based on the fact above, 60% wanita mengatakan penampilan pria lebih penting. Dan disini gue akan mengungkapkannya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman gue hahaha. Pertama, first impression itu penting! so it means penampilan fisik yang pertama dilihat. Ketika seorang pria tampan lewat atau muncul di tv, akan menimbulkan sedikit chemistry yang bergejolak dalam hati. Namun untuk sebagian orang, termasuk gue, it just for fun kok. Gue suka membanggakan tipe pria gue yang asia timur, tetapi dalam kenyataannya itu belum pernah terjadi karena Tuhan memang satu tetapi kita yang tak sama (walaupun gue masih berharap suami gue akan seperti itu nantinya hehe). Dan yang ingin gue tekankan disini adalah bukan berarti wanita hanya melihat dari fisik saja, tetapi kami tidak munafik bahwa kami suka pria tampan. Dan gue rasa ini juga berlaku untuk hal sebaliknya kok.

Kedua, semua orang bilang yang penting hatinya. Memang benar hati atau kepribadian yang lebih penting, tetapi menurut gue kasus ini keseringan terjadi jika sudah mengenal dekat dengan waktu yang cukup lama. Barulah dikenal dengan nama cinta itu buta dan sebagiannya. Ketika kecocokkan ini muncul, ditambah umpan umpan lucu yang semakin menarik hati, semua poin tipe pria ideal itu akan dilewatkan begitu saja kok dan kamu seoranglah pemenangnya.

Overall, penampilan, fisik, hati, atau bahkan pendidikan dan kriteria lain sebagiannya, tetap saja semua hal tersebut tidak menjadikan segalanya lebih cepat dan mudah. Perlu proses lama untuk mengenali hatinya dan sangat tidak disarankan untuk terburu-buru, atau mengambil 'rejeki' yang ada.

Kenali dirinya, baru hatinya. Oke, sekian. Terima kasih.

Saturday, May 25, 2013

Only One

Seorang wanita berjalan anggun memakai gaun putih panjang asimetris tanpa lengan  berbahan satin. Tangannya memegang sebuket bunga dan ia berjalan selangkah demi selangkah menuju altar dimana seorang pendeta dan dua orang pria  telah menunggunya. Salah satunya adalah mempelai pria.

Broken this fragile thing now,
And I can't, I can't pick up the pieces

Sebuah undangan bertinta emas mengukir inisial nama kedua pengantin, mengumumkan kabar bahagia bersatunya kedua insan yang telah tertulis di kitab Tuhan. Disebelahnya terdapat bingkai foto menggambarkan potret sepasang kekasih yang sangat bahagia. Mereka tersenyum di foto itu. 

Here I go, scream my lungs out and try to get to you,
You are my only one,
I let go, there's just no one that gets me like you do,
You are my only, my only one

Ia menyandarkan tubuhnya di bahuku. Sengaja kurangkulkan tangan kananku ke bahunya agar jarak kami semakin dekat. Aku tidak akan melepasnya, aku sangat menyayanginya. Aku mengambil kameraku dan memotret kami berdua. Ia bahagia sekali melihat selembar foto keluar dari kameraku.

"Kita harus membingkainya! Kita berdua serasi sekali."

Made my mistakes, let you down,
And I can't, I can't hold on for too long,

Malam itu hujan deras. Kami bertengkar hebat di dalam mobil. Ia mulai meneriakiku dan mulai mengancam akan lompat dari mobil jika aku tidak berhenti. Ia sungguh salah paham, sepele sekali ia marah hanya karena aku membatalkan makan malam hari ini. Tetapi aku tidak salah, aku sendiri melihat pesan masuknya bermesraan dengan seorang pria. Ini bukan yang pertama kalinya, aku sudah tidak tahan dengan moodnya yang naik turun.

And something's breaking up,
I feel like giving up,
I won't walk out until you know

Pintu kamarku diketuk. Kudengar suara orang yang sangat aku kenal. Dengan gontai aku membuka pintu dan kutemukan kakak laki-lakiku memelukku dengan semangat. Ia menunjukkan jari tangan kanannya, melingkar sebuah cincin emas berwarna putih. Aku membalas pelukannya dengan ucapan selamat. Aku bahagia sekali.

"Jadi, siapa wanita beruntung ini?"

Kakakku menarikku keluar menuruni tangga. Ia mengajakku ke ruang tamu, kulihat dari jauh ibuku sedang berbicara dengan seorang wanita yang memunggungiku. Aku yakin ia calon kakak iparku. Ia membalikkan badannya dan tersenyum ke arahku. Sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi pucat.

Here I go, so dishonestly.
Leave a note, for you my only one,
And I know, you can see right through me
So let me go,
And you will find someone

Ia adalah wanita yang dibingkai foto bersamaku.


Aku berdiri di altar, melihatmu berjalan perlahan di atas karpet merah menuju ke arahku. Hari yang selalu aku impikan, bersumpah setia di rumah Tuhan dimana cinta kita akan bersatu selamanya. Namun aku tahu, pria disampingku ini memimpikan hal yang sama denganku. Ia akan melindungimu dan mendampingimu. Tempatmu berbagi dan berkeluh kesah, seseorang yang akan dipanggil ayah oleh anak-anakmu. Ia akan mencintaimu seperti aku mencintaimu, atau bahkan lebih. 
Selamat berbahagia sayangku, kakak iparku.

Here I go, scream my lungs out and try to get to you,
You are my only one,
I let go, there's just no one, no one like you
You are my only, my only one
My only one,
My only one,
My only one,
You are my only, my only one

Yellowcard. Only one.


Lelaki Dalam Angan

Sebuah mall. Besar. Elite. Penuh lampu gemerlap.
Sedikitnya sepuluh pasangan yang melewatiku melirik ke arahku. Apa ada yang salah denganku? Aku menoleh ke gerai brand mewah di sebelah kananku yang sedikit memantulkan bayanganku saat ini diantara manekin-manekin yang memeragakan baju mewah seharga Rp 699.000 dengan tulisan Sale besar di kaca etalase. Kudapati seorang wanita muda dengan t-shirt kebesaran, celana jeans dan sepatu keds kesayangannya yang nampak kumal. Itu aku. Sedikit menyedihkan sepertinya berjalan sendirian diantara kalangan atas yang sangat berbeda jauh dengan gadis biasa sepertiku. Seorang lelaki berkemeja biru tua dengan lengan digulung sampai ke siku keluar dari arah kamar kecil dan menghampiriku yang masih terhipnotis dengan pakaian-pakaian yang terpajang di etalase.

"Kenapa? Kamu mau satu?" tanyanya membuyarkan lamunanku yang sedang membayangkan memakai pakaian itu. Aku menoleh ke arahnya, melihatnya tersenyum dan bersiap mengajakku masuk ke toko itu. Aku hanya menggeleng. Ia kemudian merangkul dan mengajakku berjalan keluar sambil membisikkan sesuatu. "I love you."
***

Malam. Warung tenda pinggir jalan. Seafood kesukaanku.
"Kamu senang malam ini?" tanyanya setelah mengelap sisa-sisa saus dimulutnya dengan tisu.

"Tentu saja, aku selalu senang bersamamu." jawabku bersemangat.

Ia tersenyum dan kemudian menggeser bangku plastiknya semakin dekat ke arahku. Ia lelakiku selama tiga tahun. Aku sangat menyayanginya. Ia membiarkanku bersandar sebentar di bahunya yang tegap. "Jangan pergi."

***

Tengah malam. Mobil. Perjalanan pulang.
"Kamu besok datang lagi kan?" tanyaku memandangnya penuh harap.

"Aku kurang yakin akan besok, bahkan hari seterusnya...."

"Kenapa? Besok hari ulang tahunku. Kamu ingin memutuskanku sekarang?"

"Karena itu, besok kamu sudah 20 tahun. Sudah tidak sepantasnya lagi aku menemanimu. Kamu tidak bisa terus-terusan begini..."

Aku terdiam. Aku tahu hal ini akan terjadi, namun aku tidak akan menyangka sejelas ini. Ia meminggirkan mobilnya dan mulai berbicara kepadaku.

"Aku tahu kamu tidak menyadari bahwa aku tidak pernah datang akhir-akhir ini. Itu karena kamu sendiri. Perlahan akupun akan hilang diingatanmu. Kamu harus menghadapi yang sebenarnya sayang, kamu tidak bisa terus-terusan bersembunyi di balik aku...."

Ia terdiam sesaat. Aku menunggu ia melanjutkan pembicaraannya. Ia sedikit tercekat.

"Aku bahkan tidak nyata...." lanjutnya lagi dengan suara lirih.

"Tidak bisakah kamu muncul di dunia nyata? Dan kembali bersamaku? Aku sungguh tidak ingin kehilanganmu..."

"Aku ada, aku akan selalu ada untukmu. Hanya saja mungkin kamu tidak megenali aku. Di duniamu aku mungkin berbeda, tidak tampan atau kaya, dan itu yang membuatmu mengabaikanku. Aku saat ini hanya angan-angan lelaki sempurnamu yang tidak akan menjadi nyata. Sebentar lagi kamu akan bangun dan melupakan hampir semua kejadian malam ini. Aku mungkin tidak akan muncul lagi dalam mimpimu. Selamat tinggal, selamat menempuh kehidupan nyata, sayang."
***

Pukul 05.00. Aku terbangun dan merasakan kepalaku sedikit pusing. Sebuah kebiasaan untukku mengingat apa yang aku mimpikan semalam. Aku berusaha keras mengingat, aku yakin terjadi sesuatu. Sial, aku tidak dapat mengingatnya! Aku yakin aku bermimpi makan seafood semalam. Sedikit kesal tidak dapat mengingat apa-apa, aku mengecek telepon genggamku. Sebuah pesan singkat menunggu dibaca.

Selamat ulang tahun wanita tiga tahunku.

Aku mengernyit. Ini siapa?


Alarmku berbunyi nyaring dan menggema di seluruh penjuru kamar. Aku segera terbangun. Bukankah tadi aku sudah bangun? Aku mengingat-ngingat mimpi singkatku dan langsung mengecek telepon genggamku. Sekitar dua puluh pesan singkat memenuhi kotak masukku yang berisi ucapan selamat ulang tahun, tetapi tidak ada satupun pesan aneh yang tadi.

Ah, pasti yang tadi aku mimpi.

Sunday, May 12, 2013

When Love Says Hello

Aku berjalan-jalan sendirian di sebuah mall. Kalian sepenuhnya benar apabila menebak aku jomblo, tetapi perlu diingat aku tidak mengenaskan. Aku sudah cukup muak dengan laki-laki, oke setidaknya untuk saat ini. Membanggakan diriku yang berubah cukup drastis karena pengkhianatan mantan terakhirku, berjalan tegak selama satu tahun dan mendadak menjadi sok hebat dalam membicarakan hubungan orang-orang. Mengabaikan perasaanku sendiri yang sebenarnya takut tidak dapat membuka hati lagi. Sungguh, aku bisa bersumpah aku masih menyukai laki-laki! Hanya saja aku rasa ketampanan mereka tidak cukup menggugah hatiku untuk maju, Aku cukup bisa menilai mereka tampan, mereka baik, mereka perhatian, tanpa berani untuk mengartikan lebih atau bahkan lebih tepatnya menjauhkan pikiranku dari hal-hal yang mengarah kesana.

Aku menatap gelas plastik iced chocolate-ku yang sudah hampir kosong, satu seruputan terakhir dan aku akan pergi dari gerai ini setelah selama setengah jam duduk sendiri tanpa melakukan apa-apa selain melihat orang-orang--atau mungkin pasangan--yang berseliweran dan membalas chat messenger dari seorang teman selama sepuluh menit terakhir. Dan pasangan sweater merah tepat disampingku ini sepertinya tidak bosan-bosannya mengambil foto mereka yang aku yakin telah mereka bagikan ke akun jejaring sosial mereka dengan hastag-hastag lucu. Ah, jangan ingatkan aku bahwa mereka bahkan mengambil gambar makanan dan minuman mereka sebelum disentuh. Aku menarik nafas panjang dan mulai melihat beberapa pasangan melewatiku. Aku hanya tersenyum sambil memikirkan bahwa kisah cintaku nanti haruslah hebat. Menurutku pasti hebat seseorang setelah ini yang dapat membuatku jatuh cinta setelah hatiku hampir mati sampai sekarang ini. Mungkin aku bisa memilih adegan seperti tidak sengaja bertemu di mall seperti ini atau bertabrakan seperti adegan di film-film. Dia bisa teman kampusku, sahabatku selama ini, atau bahkan tidak menutup kemungkinan mantanku. Aku menahan diri untuk tidak tertawa mengingat pikiran-pikiranku yang konyol sampai akhirnya dia--teman chat selama sepuluh menit terakhir--mengirimkan pesan lagi.

'Pulang. Udah malam. Nanti diculik loh. Ga baik jomblo sendirian sampai jam segini :D :p'

'Yaampun perhatian banget sih, makanya jemput dong :p'

'Kalo gue jemput dapet apa? :p'

'Gue ga punya apa-apa nih, cuma punya hati doang, udah lama ga diisi. Hahaha'

'Oke, gue ambil. Yuk sekarang pulang. I'm behind you.'

Aku langsung menoleh ke belakang. Ia berdiri agak jauh dari tempat dudukku dan kemudian melambaikan tangannya ke arahku. Aku tidak dapat menahan senyumku. Sial, aku langsung suka padanya.


"Just give me a reason,
Just a little bit enough,
We're not broken just bent,
And we can learn to love again."