Terdengar suara denting pintu terbuka sebuah kedai kopi bersamaan dengan suara ramah pelayan yang menyapa. Seorang perempuan masuk sambil berulangkali mengesetkan sepatunya yang sedikit kotor dan kemudian memesan dua cangkir kopi hangat. Ia duduk sendiri di sudut ruangan sambil memandang keluar jendela dimana terdapat sepasang kekasih yang saling merangkul mesra. Perempuan itu hanya tersenyum mengejek mengutuk dalam hati bahwa mereka tidak akan semesra itu nantinya. Baginya terlihat jelas bahwa pasangan itu masih muda dan baru, mengumbar kemesraan mereka seperti itu.
Tetesan-tetesan air turun dari langit membuatnya menghela nafas berat. Ia memandang dua cangkir kopi di hadapannya yang semakin lama semakin dingin. Ia menyesap salah satunya, membiarkan cairan itu mengaliri kerongkongannya. Dan yang ia rasakan hanya rasa pahit yang membekas di pangkal lidahnya.
Hujan diluar semakin deras membuatnya dan beberapa orang lainnya memutuskan untuk terjebak di dalam kedai kopi. Perempuan itu kemudian mengeluarkan sebuah kertas dan pensil dari tasnya. Ia kemudian mulai mengingat segala hal tentang prianya. Garis muka, mata, hidung, rambut dan hal lainnya membentuk sebuah sketsa gambar yang cukup sempurna. Ia teringat lagi akan pertengkarannya barusan, satu jam lalu sebelum akhirnya ia memutuskan untuk ke kedai kopi ini, sendirian, duduk di tempat yang sama dan memaksa dirinya untuk merasakan sakit.
Pernikahannya batal begitu saja. Ia terus merutuki dirinya memikirkan kesalahannya. Ini bukan perkara perbedaan iman. Mereka sudah berpacaran selama empat tahun, dua keluarga sudah bertemu dan setuju untuk melangsungkan pernikahan bulan depan. Sekarang semua hal yang telah mereka persiapkan terbuang sia-sia. Harusnya ia sedikit curiga ketika pria itu sama sekali tidak ingin menciumnya setelah setahun hubungan mereka berjalan. Bukan karena pria itu menjaga hawa nafsunya, tetapi karena selama ini perempuan itu hanya perisai dari kesukaannya terhadap sesama jenis.
Kemudian perempuan itu bangkit dari tempat duduknya. Menggenggam kertas sketsanya erat dan meninggalkan mejanya bersama dua cangkir kopi yang sudah kosong. Akhirnya ia meminumnya, cangkir kedua yang sebelumnya telah ia berikan obat. Kepalanya sudah mulai pusing. Langkahnya mulai terasa berat. Ia sengaja tidak mematikan perangkat portabel-nya dimana terakhir kali ia mengakses sebuah blog dari pembaca favoritnya mengenai obat tidur dan potasium. Biarlah polisi mencari tahu pemilik blog itu untuk bertanggung jawab jika seandainya aku mati, begitu pikir si perempuan. Tidak lupa ia menambahkan tulisan besar di paling bawah sketsa wajah pria yang dibuatnya.
'CARI DIA'