Saturday, June 28, 2014

Once In Blue Moon

Bandara Incheon, Seoul.
Seorang gadis menarik kasar kopernya yang nampak lebih besar dari tubuhnya yang kurus ramping.  Setelah sekiranya lima belas langkah dari pintu keluar, ia berhenti menurunkan kacamata hitamnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Mata sipit khas Asia Timurnya langsung membelalak bersemangat ketika seorang laki-laki dengan kaus putih dan kardigan biru melambai ke arahnya.
“YONG!”
Laki-laki yang dipanggil Yong itu langsung berlari kecil menghampirinya dan membawakan koper si gadis yang membuatnya sedikit melambat. Setelah saling bertukar senyum dan sapa, mereka langsung berjalan menuju halaman parkir.
 “Jadi, bagaimana Indonesia?” tanya YongHwa kepada Mina saat mobil mereka sudah keluar dari bandara.
Doebda. Panas sekali.”
YongHwa terdiam sebentar mengira bahwa Mina akan melanjutkan perkataannya. Namun sedetik kemudian ia sudah menemukan Mina menurunkan sandaran kursinya dan setengah berbaring.
“Kau setahun berada disana dan hanya itu jawabanmu?”
“Sungguh, Indonesia benar-benar panas! Memang sih banyak hal indah dan menyenangkan, namun aku tidak bisa mentolerir udaranya yang sangat panas. Percayalah, kau akan butuh banyak sunblock disana!”
YongHwa hanya tertawa kecil mendengar jawaban Mina. Ia ingin sekali bertanya banyak hal mengingat kepergian Mina yang tiba-tiba semenjak ia putus dengan seorang pemimpin sebuah band rock ternama. Tetapi ia langsung mengurungkan niatnya saat melihat Mina yang langsung memejamkan matanya setelah kata terakhirnya diucapkan dari mulut mungilnya yang berwarna merah muda. YongHwa rasa ia akan membiarkan Mina tertidur sebentar.
***

JungShin memasuki sebuah kedai kopi yang terletak di pusat kota. Terdengar bunyi denting lonceng ketika pintu kaca yang bertuliskan ‘buka’ ia dorong ke arah dalam. Seorang pelayan tersenyum menyapanya ramah. JungShin langsung memesan Iced Chocolate  dan duduk di sudut ruangan setelah mendapatkan pesanannya. Ia menatap ke luar jendela melihat mobil yang berlalu-lalang.
“Oranye, satu.” gumamnya pelan ketika melihat sebuah mobil sedan berwarna oranye menikung pelan melewatinya yang duduk di dalam kedai.
Sedetik kemudian ia hanya tersenyum getir merasa konyol masih memainkan permainan itu dengan seseorang yang sedang tidak bersamanya sekarang. JungShin bahkan telah mencatat ada seratus lima puluh tujuh mobil berwarna oranye yang melewati kedai ini selama setahun—setidaknya itu jumlah yang berhasil ia hitung—kalau-kalau seseorang itu kembali dan menanyakan permainan yang selalu mereka lakukan. JungShin melamun menatap kosong gelasnya yang masih terisi penuh sambil sesekali mengaduk whipped cream agar tercampur dengan minumannya. Cukup lama ia menyadari bahwa ponselnya telah bergetar dua kali menandakan bahwa sebuah pesan masuk. JungShin membuka pesan itu dan mendapati serangkaian nomor yang tidak ia kenal. Tiba-tiba saja sebuah senyuman mengembang di wajahnya.

Aku di Seoul. Temui aku sebentar lagi.

***

“Terima kasih, Yong telah menjemputku.” ujar Mina saat sampai di depan pintu apartemennya.
“Baiklah, selamat beristirahat. Aku akan ke studio, mungkin aku pulang sedikit larut malam. Jangan menunggu.” balas YongHwa sambil memberikan kunci apartemen Mina yang ia titipkan setahun lalu. “Tenang saja, apartemenmu selalu dibersihkan kok.”
“Sampaikan salamku kepada yang lain!” teriak Mina saat YongHwa sudah berjalan menjauh menuruni tangga. Mina membuka pintu apartemennya dan sedikit terkejut ketika menemukan seorang laki-laki sudah berdiri dihadapannya.
“Shin! Sudah aku bilang berulang kali jangan berdiri di depan pintu saat aku masuk!” ujar Mina sambil menutup pintu rapat.
“Kau sendiri yang bilang ingin menemuiku. Aku tidak melihat mobil YongHwa saat aku datang, jadi kuputuskan saja menunggu di dalam. Kau tidak lupa kan kalau aku juga memegang kunci apartemenmu?”
“Oke, algesseoyo.  Eh, bukankah kau seharusnya latihan? Yong bilang ia akan langsung ke studio.”
“Iya, aku akan kesana setelah bertemu denganmu. Setidaknya aku ingin mendengar kamu mengatakan bahwa aku boleh meceritakan hal ini ke YongHwa dan yang lainnya.”
“Tidak. Aku belum siap.”
“Ya Tuhan, aku bisa gila berpura-pura tidak mengetahui apa-apa sementara yang lain mulai memikirkan hal-hal buruk tentangmu.”
“Kau sudah berjanji kepadaku. Sekarang kau harus studio bertemu mereka dan bersikaplah seperti biasanya. Mengerti?” lanjut Mina sambil menatap JungShin serius.
“Baiklah, terserah kau saja.”
***

Hyung, sudah bertemu Mina noona?” tanya JungShin kepada YongHwa setelah mereka latihan selama lima jam. YongHwa menjawab pertanyaan JungShin dengan anggukan kecil. “Bagaimana keadaannya? Dia baik?”
“Ya, dia baik-baik saja. Dia sama seperti biasanya, walaupun aku masih sedikit khawatir.”
“Aku lega mendengarnya. Aku harap Mina noona benar-benar sudah melupakannya.”
“Ya, aku harap juga begitu.” jawab YongHwa menggantung. “Temui ia esok. Ia pasti juga ingin bertemu denganmu.” balas YongHwa sambil menepuk punggung JungShin.
JungShin hanya mengangguk lemah menahan semua hal yang diketahuinya. Ia hanya diam di tempatnya menatap punggung hyung-nya yang mulai berjalan menjauh.
Hyung!” YongHwa menoleh saat JungShin memanggilnya lagi. JungShin terdiam sebentar menenangkan perang batin yang terjadi di dalam dirinya. Semua kata-kata yang disusunnya selama setahun sudah berada diujung mulutnya. Ia harus memberitahukan semuanya. “Sebenarnya aku…aku….”
Tiba-tiba saja YongHwa tersenyum mengangguk. Wajahnya tampak penuh kelegaan melihat usaha JungShin yang ingin memberitahukan sesuatu padanya.
“Aku sudah tahu kok.” balas YongHwa.
“Eh?”
“Tanpa kau memberitahuku, aku sudah tahu.”
JungShin sedikit bingung dengan jawaban YongHwa. Ia ragu apakah yang YongHwa maksud sama dengan yang ada dipikirannya. Namun, ia bisa sedikit lega karena tidak harus menahan hal itu lebih lama.
“Jadi, kau akan menjaga Mina  noona?” tanya JungShin meyakinkan.
“Tentu saja.” balas YongHwa tersenyum sambil mulai berjalan meninggalkan JungShin. Pernyataan JungShin tadi seakan melunturkan kecurigaan YongHwa selama setahun ini. YongHwa yakin Mina dan JungShin menyembunyikan sesuatu darinya. Apalagi hubungan Mina jauh lebih dekat dengan JungShin daripada yang lain. Kali ini  YongHwa menjadi semakin yakin bahwa JungShin menyukai Mina.
***

YongHwa memelankan laju mobilnya saat melewati taman dekat apartemennya. Ia memicingkan matanya memastikan bahwa ia mengenali seseorang yang sedang duduk sendiri di salah satu ayunan. Jam di tangan kirinya menunjukkan pukul sebelas malam. Setelah cukup yakin, YongHwa langsung memarkirkan mobilnya dengan hati-hati dan segera menghampiri orang tersebut.
“Hei, apa yang kau lakukan malam-malam begini?” suara YongHwa yang mengangetkan langsung membuat orang itu segera menoleh ke arahnya. Ia adalah Mina.
“Menunggumu.” balasnya sambil tersenyum.
“Sudah kubilang untuk tidak menunggu.” YongHwa langsung duduk di ayunan sebelahnya yang kosong. Untuk sesaat tidak ada kata yang diucapkan oleh mereka selain suara derit ayunan yang sudah lama tidak diberi pelumas. Mereka menikmati angin yang berhembus lembut menyapu wajah mereka yang lelah.
“Kau sudah istirahat?” tanya YongHwa membuka pembicaraan.
“JungShin bilang hari ini bulannya indah. Aku jadi tidak ingin melewatkannya.” jawab Mina sambil menatap bulan purnama penuh di langit. YongHwa tersedak pelan saat mendengar nama JungShin disebut. Ia semakin yakin bahwa dugaannya benar.
“Kau baik-baik saja?” tanya Mina sedikit khawatir karena mendengar suara YongHwa yang tercekat.
“Bagaimana denganmu? Kau baik-baik saja?”
“Aku yakin kau menunggu seharian ini untuk bertanya pertanyaan itu.” balas Mina sambil tertawa kecil. “Maaf aku menghilang begitu saja dan membuat semuanya khawatir.”
“Tidak apa-apa jika tidak ingin menceritakannya sekarang. Hanya saja aku berharap kau tidak mengulangi kejadian malam itu lagi.”
Alih-alih malu, tawa Mina meledak. “Aku juga tidak menyangka akan seperti itu.”
“Kau membuat khawatir. Pingsan begitu saja setelah menenggak empat botol soju sendirian. Kemudian dua hari setelahnya kamu langsung pergi ke Indonesia tanpa memberi kabar.”
“Kau lupa menyebutkan bahwa aku sempat menangis dan meracau, memarahimu dan JungShin habis-habisan sebelum aku pingsan. Apa saja yang aku katakan pada kalian? Kau masih ingat?”
“Tentu saja aku ingat, aku tidak akan melupakan kejadian malam itu!” YongHwa pun ikut tertawa bersama Mina. “Jadi, apakah kau sudah menemukan orang lain?”
“Ya, sebenarnya ada seseorang. Hanya saja aku tidak tahu apakah aku harus melanjutkannya atau tidak.”
Tawa Mina tiba-tiba melemah. Ia kembali diam dan memainkan ayunannya dan membuat rambut panjangnya sedikit berkibar.
“Hari ini adalah tanggal saat ia melamarku.” ujar Mina tiba-tiba. “Seandainya ia belum meninggalkanku untuk perempuan lain, pasti saat ini indah sekali. Mereka bilang ini bulan purnama kedua, Bulan Biru, hanya terjadi dua tahun sekali.”
“Kau masih belum bisa melupakannya?”
Mina menggeleng, “Sudah, aku yakin aku sudah tidak menginginkannya sejak ia memilih perempuan lain. Maka dari itu  aku langsung menerima tawaran ke Indonesia selama setahun, aku pikir itu baik untuk liburan. Dan ketika aku kembali kesini, tiba-tiba saja semua kenangan tentang laki-laki itu memaksa masuk ke pikiranku. Aku jadi khawatir.”
“Bukankah kau sudah memiliki JungShin?” tanya YongHwa tiba-tiba yang kemudian langsung ia sesali.
“Benar kata JungShin, kau itu memang tidak menyadarinya ya.” YongHwa menghentikan ayunan kakinya dan menatap ke arah Mina yang menunduk sambil menahan tawa. “Saat bersama JungShin aku selalu berusaha menjadi wanita dewasa. Aku jadi bisa memandang semua permasalahanku dengan lebih bijak. Selain itu aku lebih senang jalan bersama JungShin bukan karena aku menyukainya, tetapi karena aku menyukai saat kamu berjalan di depan kami.”
“Aku tidak mengerti.”
“Aku menyukai punggungmu.” Mina menambahkan. “Jujur saja, aku ingin sekali memelukmu dari belakang atau bersandar padamu.”
YongHwa terdiam mendengar pernyataan Mina. Ia menahan senyum malu dan sekaligus senang mengetahui bahwa Mina tidak menyukai JungShin. Perasaannya bercampur aduk.
“Lalu kenapa kau tidak melakukannya?” ledek YongHwa yang sukses membuat wajah Mina memerah.
“Aku ini noona kalian! Aku terlalu malu melakukannya. Aku harus selalu kuat dan terlihat lebih dewasa setiap bertemu kalian.”
Tiba-tiba saja YongHwa langsung bangun dari kursi ayunannya dan setengah berlutut membelakangi Mina. “Kau bilang kau suka punggungku kan? Baiklah, aku akan menggendongmu sampai mobil.”
“Tidak, tidak perlu.” balas Mina malu-malu. Namun YongHwa tetap tidak beranjak dari posisinya. Akhirnya Mina mengulurkan tangannya perlahan ke leher YongHwa. Setelah posisinya sudah benar, YongHwa langsung menggendong Mina di punggung tanpa rasa ragu. Mina hanya bisa menduduk menahan malu dan berulang kali meminta YongHwa untuk menurunkannya.
“Sudah, sudah cukup. Turunkan aku.”
“Kau tidak perlu malu.” jawab YongHwa sambil mulai berjalan perlahan ke arah mobil yang ia parkir di pinggir taman. “Dan kamu tidak perlu menjadi kuat di hadapan kami. Kau bahkan tidak perlu malu untuk menangis. Kapan saja kau membutuhkan kami, kami akan ada untukmu.”
Ucapan YongHwa membuat pelukan Mina semakin erat. Mina juga mendekatkan kepalanya ke bahu YongHwa yang membuat YongHwa sedikit salah tingkah. Masing-masing dari mereka hanya tersenyum memendam perasaan yang tidak mereka sebutkan dengan kata-kata. Namun, mereka tahu bahwa mereka tidak ingin kehilangan satu sama lain.
“Terima kasih, Yong!”

-----

P.S: Cerita ini dibuat setahun lalu dalam rangka mengikuti sebuah kompetisi Dreamers Radio untuk mendapatkan tiket Blue Moon CNBLUE Concert in Jakarta. Walaupun tidak menang, tetapi cukup menyenangkan membuat fanfiksi. Ini fanfiksi pertama yang pernah saya buat :)

Cast: Jung YongHwa (CNBLUE), Lee JungShin (CNBLUE), Fuji Minna (Model)

No comments:

Post a Comment